Senin, 07 November 2011


Diet untuk Penderita Diabetes Mellitus
Semua mahluk hidup perlu makan. Makanan mengandung  zat-zat gizi makro yang berperan  sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi dan mempertahankan suhu tubuh, mengganti jaringan-jaringan tubuh yang aus atau rusak, dan memberi vitamin-mineral dan garam-garam yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi normal organ-organ tubuh. Penyandang diabetes mellitus (diabetisi) mengalami peningkatan kadar gula  darah (hiperglikemia), sering jauh diatas kadar normal (batas normal: 80-140 mg/dL). Gula darah merupakan bahan bakar yang sangat penting dan sangat diperlukan untuk mempertahankan fungsi normal semua sel-sel dan jaringan tubuh. Namun, apabila kadarnya meningkat jauh melewati kadar normalnya dapat bersifat toksik, karena dapat mengikat protein-protein dalam sel dan jaringan sehingga mengganggu fungsi metabolisme sel dan jaringan tubuh.
Pengaturan pola makan sehat sangat penting dilakukan oleh seorang penyandang diabetes karena diharapkan dapat membantu mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal. Karena itu tujuan utama diet Diabetes adalah memperbaiki kadar gula darah dalam batas normal dan mencegah perubahan kadar gula darah, baik meningkat (hiperglikemia) maupun menurun (hipoglikemia). Untuk penyandang diabetes dengan berat badan lebih, maka pengaturan diet juga bertujuan menurunkan berat badan. Pada banyak penyandang diabetes sering dijumpai masalah kesehatan lain seperti dislipidemia (perubahan profil lipid) dan hipertensi, sehingga perlu dilakukan modifikasi diet tambahan.
Diet diabetes harus dirancang adekuat, yaitu mengandung seluruh zat-zat gizi dengan jumlah sesuai kebutuhan gizi seorang penyandang diabetes, sehingga tujuan untuk mencegah komplikasi, mempertahankan fungsi normal tubuh, dan mempercepat penyembuhan penyakit/luka dapat tercapai. Diet diabetes pada dasarnya identik dengan diet orang non diabetes, yaitu diet seimbang dan jumlah kalori cukup untuk memenuhi kebutuhan seseorang, tinggi karbohidrat kompleks yaitu 55-60% total kalori, tinggi kandungan serat, mengenyangkan, dan rendah karbohidrat simpleks/sederhana. Komposisi lemak < 30%, dan asupan protein disesuaikan dengan status gizinya, biasanya sekitar 12-15%, selain itu penyajian makananpun harus menarik. Juga penting bahwa perencanaan makan penyandang diabetes harus bersifat individual, disesuaikan dengan usia, kebutuhan energi dan zat gizi yang berbeda satu dan lainnya, budaya, gaya hidup, dan kesiapan seseorang untuk berubah, selain itu juga untuk mengakomodasi ’kesukaan’ (preference) seseorang terhadap jenis makanan tertentu. Secara umum diet yang dapat memodulasi kadar gula darah, dan kadar kolesterol darah, adalah sebagai berikut:
1.      Sarapan. Setelah berpuasa selama 6-8 jam malam hari, perlu sarapan untuk mengisi kembali cadangan energi untuk aktivitas selama pagi sampai siang hari, dan untuk mencegah hipoglikemia.
2.      Frekuensi makan. Small frequent, terbagi dalam 3 makan utama, dan 2-3 makan selingan (1 porsi tambahan sesudah makan malam bagi penyandang diabetes yang mendapat OAD atau insulin menjelang makan malam)
3.      Makanan beraneka ragam. Sehingga meningkatkan kualitas menu makanan (zat-zat gizi lengkap). Hal ini meliputi konsumsi 4 kelompok makanan yaitu, jenis padi-padian/grains/serealia dan produknya dengan kulit ari utuh (misalnya: whole wheat bread / roti gandum); jenis kacang-kacangan/legumes dan produknya seperti  tempe; sayur dan buah; produk hewani (ikan dan alternatifnya) termasuk susu rendah lemak
4.      Asupan energi sesuai kebutuhan. Bagi mereka dengan berat badan lebih dan gemuk/obes perlu pembatasan asupan energi, dan pada ekstra kegiatan perlu penambahan energi dari karbohidrat terutama untuk DM tipe-1
5.       Pilih bahan makanan sumber karbohidrat kompleks, yaitu bahan makanan yang masih alamiah. Batasi karbohidrat sederhana/refined-semirefined, yaitu bahan makanan yang sudah diolah, misalnya gula dan tepung dan produk olahannya yang ’kosong serat’. Kandungan karbohidrat kompleks dan serat dalam makanan berhubungan erat dengan indeks glikemik (IG) bahan makanan, makin ’kaya’ karbohidrat kompleks dan serat, makin rendah indeks glikemik suatu bahan makanan. Namun respons glikemik seseorang tidak hanya ditentukan oleh indeks glikemik, tapi juga oleh jumlah karbohidrat (JK) dalam 1 porsi makanan yang dimakan. Konsep ini dikenal sebagai beban glikemik (BG) : BG = JK x IG.
6.      Batasi asupan bahan makanan sumber lemak jenuh dan kolesterol (gajih/lemak hewan, ’jeroan’, otak, kuning telur); tingkatkan asupan bahan makanan sumber asam lemak tak jenuh tunggal (alpukat, kacang-kacangan /legumes dan produk minyaknya, minyak zaitun/olive, minyak canola), dan bahan makanan sumber lemak tak jenuh jamak (khususnya omega-3 yaitu: ikan laut dan minyaknya, minyak canola, kacang-kacangan dan minyaknya).
7.      Tingkatkan asupan bahan makanan sumber sterol tanaman (plant/phyto-sterol) karena fitosterol berperan meregulasi kadar kolesterol dengan menghambat penyerapannya di usus halus dan meregulasi metabolisme kolesterol di jaringan perifer dan hati. Fitosterol juga dilaporkan mempunyai sifat antioksidan kuat. Fitosterol banyak terdapat dalam sayur, buah, kacang-kacangan seperti kedelai dan produk olahannya termasuk minyaknya, teh, dan juga cokelat.
8.      Tingkatkan asupan bahan makanan sumber serat, baik yang larut air maupun yang tidak larut. Serat makanan banyak terdapat dalam sayur, buah, serealia, kacang-kacangan, dan agar-agar
9.      Tingkatkan asupan bahan makanan sumber antioksidan. zat gizi anti oksidan banyak terdapat dalam buah dan sayur. NCEP ATP III, (2001) menganjurkan konsumsi sayur dan buah minimal 5 porsi sehari.
10.  Bagi penyandang diabetes dengan hipertensi, batasi asupan garam (<6 g/hari), dan bahan tambahan makanan/food additive tinggi natrium
11.  Cukup minum, hindari minuman beralkohol dan batasi minuman bergula (< 10% kalori total).


Sumber:
Canadian Diabetes Association. Nutrition Therapy, 2003.
Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. 2006.
The Diabetic Association of Singapore. Diet for the Asian Diabetic, 1993.
European Diabetic Association. Evidence-based nutritional approaches to the treatment and prevention of diabetes mellitus, 2004.
National Cholesterol Education Program (NCEP ATP III). JAMA 2001(May 16);285 (19): 2486-97.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar