Diet untuk
Penderita Diabetes Mellitus
Semua
mahluk hidup perlu makan. Makanan mengandung zat-zat gizi makro yang berperan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi
dan mempertahankan suhu tubuh, mengganti jaringan-jaringan tubuh yang aus atau
rusak, dan memberi vitamin-mineral dan garam-garam yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi normal organ-organ tubuh. Penyandang diabetes mellitus
(diabetisi) mengalami peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia), sering jauh diatas
kadar normal (batas normal: 80-140 mg/dL). Gula darah merupakan bahan bakar
yang sangat penting dan sangat diperlukan untuk mempertahankan fungsi normal
semua sel-sel dan jaringan tubuh. Namun, apabila kadarnya meningkat jauh
melewati kadar normalnya dapat bersifat toksik, karena dapat mengikat
protein-protein dalam sel dan jaringan sehingga mengganggu fungsi metabolisme
sel dan jaringan tubuh.
Pengaturan
pola makan sehat sangat penting dilakukan oleh seorang penyandang diabetes
karena diharapkan dapat membantu mempertahankan kadar gula darah dalam batas
normal. Karena itu tujuan utama diet Diabetes adalah memperbaiki kadar gula
darah dalam batas normal dan mencegah perubahan kadar gula darah, baik
meningkat (hiperglikemia) maupun menurun (hipoglikemia). Untuk penyandang diabetes
dengan berat badan lebih, maka pengaturan diet juga bertujuan menurunkan berat
badan. Pada banyak penyandang diabetes sering dijumpai masalah kesehatan lain
seperti dislipidemia (perubahan profil lipid) dan hipertensi, sehingga perlu
dilakukan modifikasi diet tambahan.
Diet
diabetes harus dirancang adekuat, yaitu mengandung seluruh zat-zat gizi dengan
jumlah sesuai kebutuhan gizi seorang penyandang diabetes, sehingga tujuan untuk
mencegah komplikasi, mempertahankan fungsi normal tubuh, dan mempercepat penyembuhan
penyakit/luka dapat tercapai. Diet diabetes pada dasarnya identik dengan diet
orang non diabetes, yaitu diet seimbang dan jumlah kalori cukup untuk memenuhi
kebutuhan seseorang, tinggi karbohidrat kompleks yaitu 55-60% total kalori,
tinggi kandungan serat, mengenyangkan, dan rendah karbohidrat simpleks/sederhana.
Komposisi lemak < 30%, dan asupan protein disesuaikan dengan status gizinya,
biasanya sekitar 12-15%, selain itu penyajian makananpun harus menarik. Juga
penting bahwa perencanaan makan penyandang diabetes harus bersifat individual, disesuaikan
dengan usia, kebutuhan energi dan zat gizi yang berbeda satu dan lainnya,
budaya, gaya hidup, dan kesiapan seseorang untuk berubah, selain itu juga untuk
mengakomodasi ’kesukaan’ (preference) seseorang terhadap jenis makanan
tertentu. Secara umum diet yang dapat memodulasi kadar gula darah, dan kadar
kolesterol darah, adalah sebagai berikut:
1.
Sarapan. Setelah berpuasa selama 6-8 jam
malam hari, perlu sarapan untuk mengisi kembali cadangan energi untuk aktivitas
selama pagi sampai siang hari, dan untuk mencegah hipoglikemia.
2.
Frekuensi makan.
Small frequent, terbagi dalam 3 makan utama, dan 2-3 makan selingan (1
porsi tambahan sesudah makan malam bagi penyandang diabetes yang mendapat OAD
atau insulin menjelang makan malam)
3.
Makanan beraneka ragam. Sehingga meningkatkan kualitas menu
makanan (zat-zat gizi lengkap). Hal ini meliputi konsumsi 4 kelompok makanan
yaitu, jenis padi-padian/grains/serealia dan produknya dengan kulit ari utuh (misalnya:
whole wheat bread / roti gandum); jenis kacang-kacangan/legumes dan produknya
seperti tempe; sayur dan buah; produk hewani
(ikan dan alternatifnya) termasuk susu rendah lemak
4.
Asupan energi sesuai kebutuhan. Bagi mereka dengan berat badan
lebih dan gemuk/obes perlu pembatasan asupan energi, dan pada ekstra kegiatan
perlu penambahan energi dari karbohidrat terutama untuk DM tipe-1
5. Pilih bahan makanan sumber karbohidrat
kompleks, yaitu bahan
makanan yang masih alamiah. Batasi karbohidrat sederhana/refined-semirefined, yaitu bahan makanan yang sudah diolah, misalnya
gula dan tepung dan produk olahannya yang ’kosong serat’. Kandungan karbohidrat
kompleks dan serat dalam makanan berhubungan erat dengan indeks glikemik (IG)
bahan makanan, makin ’kaya’ karbohidrat kompleks dan serat, makin rendah indeks
glikemik suatu bahan makanan. Namun respons glikemik seseorang tidak hanya
ditentukan oleh indeks glikemik, tapi juga oleh jumlah karbohidrat (JK) dalam 1
porsi makanan yang dimakan. Konsep ini dikenal sebagai beban glikemik (BG) : BG
= JK x IG.
6.
Batasi asupan bahan makanan sumber
lemak jenuh dan kolesterol (gajih/lemak
hewan, ’jeroan’, otak, kuning telur); tingkatkan asupan bahan makanan sumber
asam lemak tak jenuh tunggal (alpukat, kacang-kacangan /legumes dan produk
minyaknya, minyak zaitun/olive, minyak canola), dan bahan makanan sumber lemak
tak jenuh jamak (khususnya omega-3 yaitu: ikan laut dan minyaknya, minyak canola,
kacang-kacangan dan minyaknya).
7.
Tingkatkan asupan bahan makanan
sumber sterol tanaman
(plant/phyto-sterol) karena fitosterol berperan meregulasi kadar kolesterol
dengan menghambat penyerapannya di usus halus dan meregulasi metabolisme
kolesterol di jaringan perifer dan hati. Fitosterol juga dilaporkan mempunyai
sifat antioksidan kuat. Fitosterol banyak terdapat dalam sayur, buah,
kacang-kacangan seperti kedelai dan produk olahannya termasuk minyaknya, teh, dan
juga cokelat.
8.
Tingkatkan asupan bahan makanan
sumber serat, baik yang larut air maupun yang tidak larut. Serat makanan banyak terdapat dalam
sayur, buah, serealia, kacang-kacangan, dan agar-agar
9.
Tingkatkan asupan bahan makanan
sumber antioksidan.
zat gizi anti oksidan banyak terdapat dalam buah dan sayur. NCEP ATP III,
(2001) menganjurkan konsumsi sayur dan buah minimal 5 porsi sehari.
10.
Bagi penyandang diabetes dengan
hipertensi, batasi asupan garam
(<6 g/hari), dan bahan tambahan makanan/food
additive tinggi natrium
11. Cukup
minum, hindari minuman beralkohol dan batasi minuman bergula (< 10% kalori total).
Sumber:
Canadian
Diabetes Association. Nutrition Therapy, 2003.
Perkeni.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. 2006.
The
Diabetic Association of Singapore. Diet for the Asian Diabetic, 1993.
European
Diabetic Association. Evidence-based nutritional approaches to the treatment
and prevention of diabetes mellitus, 2004.
National
Cholesterol Education Program (NCEP ATP III). JAMA 2001(May 16);285 (19):
2486-97.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar