Senin, 07 November 2011


Semua tentang GASTRITIS....(part 1)
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Dengan demikian gastritis adalah inflamasi atau peradangan pada mukosa lambung (Price & Wilson 2003, Setiawan 2008, Bethesda 2004). Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
Gastritis terbagi dua tipe yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Gastritis akut merupakan kelainan klinis akut yang menyebabkan perubahan pada mukosa lambung antara lain ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil (Wibowo 2007), mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan (Price & Wilson 2003). Gastritis kronik ditandai dengan atrofi progresif epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata (Price & Wilson 2003).
Faktor penyebab Gastritis
Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) seperti aspirin, ibuprofen, naproxen dan piroxicam dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer (Jackson 2006, Sagal 2006).
Penggunaan alkohol dan kokain secara berlebihan.
Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga dapat menyebabkan perdarahan (Wibowo 2007).
Stres fisik.
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis, ulkus serta pendarahan pada lambung. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel lambung (Price & Wilson 2003, Wibowo 2007).
Stres psikologis
Respon mual dan muntah yang dirasakan pada saat individu mengalami stres menunjukan bahwa stres berefek pada saluran pencernaan. Konstipasi biasanya terjadi pada individu yang mengalami depresi sedangkan diare biasanya terjadi pada individu yang berada pada kondisi panik. Stres memiliki pengaruh yang negatif terhadap saluran pencernaan antara lain dapat menyebabkan individu mengalami luka (ulcer) pada saluran pencernaan termasuk pada lambung yang disebut dengan penyakit gastritis. Efek lain stres terhadap pencernaan adalah dengan menurunkan efektifitas kerja sistem imunitas tubuh. Stres dapat menjadi penyebab utama penyakit tertentu dan juga bisa menjadi penyebab keparahan atau kekambuhan suatu penyakit. Jika terpapar secara terus menerus terhadap stressor maka kelebihan hormon yang dilepaskan selama merespon stres yang berulang ulang akan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga badan menjadi rentan terhadap bakteri dan virus. Salah satu cara untuk mengontrol kerja sistem endokrin dan sistem saraf simpatis akibat stres terhadap saluran pencernaan yang dialami adalah melalui latihan manajemen stres (Greenberg 2002).
Kelainan autoimun.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B12). Kekurangan B12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua (Jackson 2006).
Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh yang diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis (Price & Wilson 2003, Wibowo 2007, Kumar et al 2005). Gastritis dapat terjadi bila terdapat satu atau gabungan dari beberapa faktor penyebab di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar