Semua tentang GASTRITIS....(part
1)
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal
dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Dengan demikian gastritis adalah inflamasi atau
peradangan pada mukosa lambung (Price & Wilson 2003, Setiawan 2008,
Bethesda 2004). Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding
lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
Gastritis terbagi dua tipe yaitu gastritis akut dan
gastritis kronis. Gastritis akut merupakan kelainan klinis akut yang
menyebabkan perubahan pada mukosa lambung antara lain ditemukan sel inflamasi
akut dan neutrofil (Wibowo 2007), mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil
dan perdarahan (Price & Wilson 2003). Gastritis kronik ditandai dengan
atrofi progresif epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief
cell di lambung, dinding lambung menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi
rata (Price & Wilson 2003).
Faktor penyebab Gastritis
Infeksi
bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh
bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Pemakaian
obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) seperti
aspirin, ibuprofen, naproxen dan piroxicam dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara
terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer (Jackson 2006, Sagal 2006).
Penggunaan
alkohol dan kokain secara berlebihan.
Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga dapat menyebabkan perdarahan
(Wibowo 2007).
Stres
fisik.
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma,
luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis, ulkus serta
pendarahan pada lambung. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah
termasuk pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada produksi
mukus dan fungsi sel epitel lambung (Price & Wilson 2003, Wibowo 2007).
Stres
psikologis
Respon mual dan muntah yang dirasakan pada saat
individu mengalami stres menunjukan bahwa stres berefek pada saluran
pencernaan. Konstipasi biasanya terjadi pada individu yang mengalami depresi
sedangkan diare biasanya terjadi pada individu yang berada pada kondisi panik.
Stres memiliki pengaruh yang negatif terhadap saluran pencernaan antara lain
dapat menyebabkan individu mengalami luka (ulcer) pada saluran
pencernaan termasuk pada lambung yang disebut dengan penyakit gastritis. Efek
lain stres terhadap pencernaan adalah dengan menurunkan efektifitas kerja
sistem imunitas tubuh. Stres dapat menjadi penyebab utama penyakit tertentu dan
juga bisa menjadi penyebab keparahan atau kekambuhan suatu penyakit. Jika terpapar
secara terus menerus terhadap stressor maka kelebihan hormon yang dilepaskan
selama merespon stres yang berulang ulang akan mengganggu sistem kekebalan
tubuh sehingga badan menjadi rentan terhadap bakteri dan virus. Salah satu cara
untuk mengontrol kerja sistem endokrin dan sistem saraf simpatis akibat stres
terhadap saluran pencernaan yang dialami adalah melalui latihan manajemen stres
(Greenberg 2002).
Kelainan
autoimun.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan
dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B12). Kekurangan B12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia,
sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem
dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada
orang tua (Jackson 2006).
Penyakit bile
reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh yang diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu
akan melewati serangkaian saluran kecil menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal,
sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan gastritis (Price & Wilson 2003, Wibowo 2007, Kumar et al 2005). Gastritis dapat terjadi
bila terdapat satu atau gabungan dari beberapa faktor penyebab di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar