Senin, 07 November 2011


Semua tentang GASTRITIS....(part 4)
Penatalaksanaan Pengobatan Gastritis Secara Klinis
Wibowo (2007) menyatakan bahwa terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang dilakukan pembedahan untuk mengobatinya. Terapi yang umumnya diberikan adalah terapi menurunkan asam lambung dan terapi terhadap Helicobacter pylori. Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti antasida, obat penghambat asam, obat penghambat pompa proton, dan Cytoprotective agents.
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi. Cara selanjutnya yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari pompa-pompa ini. Beberapa yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja Helicobacter pylori.
Obat-obat yang berfungsi melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil (Cytoprotective agents) direkomendasikan jika meminum obat-obat anti inflamasi non steroid secara teratur. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan ini adalah sucraflate, misoprostol, dan bismuth subsalicylate. Bismuth subsalicylate juga berfungsi menghambat aktivitas Helicobacter pylori (Wibowo 2007). Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi Helicobacter pylori. Hal yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik (Jackson 2006).
Untuk memastikan Helicobacter pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan feces adalah jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya Helicobacter pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataannya bakteri tersebut sudah hilang (Jackson 2006). Meskipun obat-obat gastritis terbukti efektif dalam menurunkan nyeri dan mengobati penyakit gastritis, namun pemakain obat obat gastritis jangka panjang juga memiliki efek samping tertentu. Efek samping obat obat gastritis jangka panjang antara lain konstipasi (obat yang mengandung aluminium & kalsium hidroksida) atau diare (obat yang mengandung magnesium hidroksida). Obat gastritis yang mengandung magnesium harus berhati-hati atau bahkan tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh penderita gangguan ginjal karena akan meningkatkan kadar magnesium dalam darah. Selain itu obat gastritis tertentu juga dapat berinteraksi dengan senyawa logam lain yang terkandung pada makanan atau obat tertentu antara lain antidepresan, antihistamin, isoniazid, penisilin, tetrasiklin, vitamin B12 sehingga antisipasinya adalah adanya jarak atau selang waktu minum obat 1- 2 jam (Ridho 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar