Semua tentang GASTRITIS....(part
4)
Penatalaksanaan Pengobatan Gastritis Secara Klinis
Wibowo (2007) menyatakan bahwa terapi gastritis
sangat bergantung pada penyebab
spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang dilakukan
pembedahan untuk mengobatinya. Terapi yang umumnya diberikan adalah terapi menurunkan
asam lambung dan terapi terhadap Helicobacter pylori. Asam lambung
mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan
peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe
gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam
lambung seperti antasida, obat penghambat asam, obat penghambat pompa proton,
dan Cytoprotective agents.
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk
cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan
rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat. Ketika antasida sudah tidak dapat
lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan
obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi
jumlah asam lambung yang diproduksi. Cara selanjutnya yang lebih efektif untuk
mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel
lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup
kerja dari pompa-pompa ini. Beberapa yang termasuk obat golongan ini adalah
omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini
juga menghambat kerja Helicobacter pylori.
Obat-obat yang berfungsi melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil (Cytoprotective
agents) direkomendasikan jika meminum obat-obat anti inflamasi non steroid
secara teratur. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan ini
adalah sucraflate, misoprostol, dan bismuth subsalicylate. Bismuth
subsalicylate juga berfungsi menghambat aktivitas Helicobacter pylori (Wibowo
2007). Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi Helicobacter
pylori. Hal yang paling
sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa
sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik
(Jackson 2006).
Untuk memastikan Helicobacter pylori sudah
hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan.
Pemeriksaan feces adalah jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan
sudah tidak adanya Helicobacter pylori. Pemeriksaan darah akan
menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun
pada kenyataannya bakteri tersebut sudah hilang (Jackson 2006). Meskipun obat-obat
gastritis terbukti efektif dalam menurunkan nyeri dan mengobati penyakit
gastritis, namun pemakain obat obat gastritis jangka panjang juga memiliki efek
samping tertentu. Efek samping obat obat gastritis jangka panjang antara lain
konstipasi (obat yang mengandung aluminium & kalsium hidroksida) atau diare
(obat yang mengandung magnesium hidroksida). Obat gastritis yang mengandung
magnesium harus berhati-hati atau bahkan tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh
penderita gangguan ginjal karena akan meningkatkan kadar magnesium dalam darah.
Selain itu obat gastritis tertentu juga dapat berinteraksi dengan senyawa logam
lain yang terkandung pada makanan atau obat tertentu antara lain antidepresan,
antihistamin, isoniazid, penisilin, tetrasiklin, vitamin B12 sehingga
antisipasinya adalah adanya jarak atau selang waktu minum obat 1- 2 jam (Ridho
2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar